Harmonyfm – Serang, Pertumbuhan ekonomi Banten pada triwulan II 2025 menunjukkan kinerja yang mengesankan, melampaui pertumbuhan nasional dan regional Jawa. Hal ini terungkap dalam taklimat media yang disampaikan oleh Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia Banten, Rawindra Ardiansah, di salah satu kafe di Kota Serang pada Kamis (07/07/25).
Rawindra menjelaskan bahwa pertumbuhan ekonomi Banten secara year-on-year mencapai 5,33 persen, lebih tinggi dari pertumbuhan nasional yang sebesar 5,12 persen dan rata-rata regional Jawa sebesar 5,24 perse .
‘Dengan capaian ini, Banten menduduki peringkat kedua tertinggi di Jawa setelah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY),” ujarnya.
Lebih lanjut, Rawindar mengatakan pertumbuhan ekonomi Banten ditopang oleh beberapa faktor utama. Dari sisi pengeluaran, sektor industri pengolahan, konstruksi, dan real estat menjadi pendorong utama.”Kalau dari sisi permintaan, investasi dan konsumsi rumah tangga menjadi motor penggerak,” tambahnya.
Rawindra memaparkan bahwa investasi menjadi salah satu penunjang perekonomian Banten pada triwulan kedua, dengan pertumbuhan yang signifikan. Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) tercatat sebesar 20 triliun rupiah, tumbuh 57 persen. Sedangkan Penanaman Modal Asing (PMA) mencapai 9,6 triliun rupiah.
Pertumbuhan investasi ini, menurut Rawindra, didorong oleh berbagai Proyek Strategis Nasional (PSN), seperti pembangunan Tol Serang-Panimbang, Tol Serpong-Balaraja, dan Candra Asri. Proyek-proyek tersebut secara total mendorong pertumbuhan investasi hingga 3,02 persen. Indikator lain yang menunjukkan peningkatan investasi adalah lonjakan pengadaan semen hingga 15 persen pada triwulan II.
“Pengadaan semen di triwulan II itu naik. Jadi biasanya kalau pengadaan semen naik properti juga naik, dan investasi biasanya naik juga,” terangnya.
Di sisi lain, konsumsi rumah tangga, yang memiliki porsi terbesar dalam perekonomian Banten, tetap menunjukkan pertumbuhan. Namun, pertumbuhannya cenderung terbatas dibandingkan triwulan sebelumnya.
“Konsumsi rumah tangga tumbuh, namun pertumbuhannya lebih terbatas. Ini memang menjadi tren historis karena biasanya setelah bulan Ramadan dan Idul Fitri, konsumsi rumah tangga mulai menurun,” jelas Rawindra.
Meskipun demikian, ia menegaskan bahwa daya beli masyarakat masih terjaga. Hal ini juga didukung oleh hasil survei konsumen yang menunjukkan adanya pertumbuhan, meskipun terjadi perlambatan pada sektor pendapatan. (Ssk)