Harmonyfm – Serang, Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) Banten, Ameriz M Moesa, memproyeksikan kinerja perekonomian Provinsi Banten akan semakin membaik di tahun 2025.
Secara keseluruhan tahun, pertumbuhan ekonomi Banten diperkirakan mencapai 5,28 persen, melampaui capaian tahun sebelumnya (2024) sebesar 5,02 persen dan juga lebih tinggi dari proyeksi pertumbuhan ekonomi nasional.
Prediksi optimis ini didukung oleh tren pertumbuhan yang signifikan sepanjang tahun 2025 dimana pada triwulan II tumbuh 4,33 persen, triwulan III tumbuh 5,29 persen, dan triwulan IV (Prediksi) di angka 5,49 persen.
“Secara total pertumbuhan ekonomi Banten tahun 2025 kami perkirakan 5,28 persen, lebih tinggi dari tahun lalu yang sekitar 5,02 persen. Jadi mohon doanya prediksi ini bisa tercapai,” ujar Ameriza kepada wartawan saat Taklimat Media, Kamis (06/11/25)
Inflasi Banten Terkendali, Lebih Rendah dari Nasional
Di samping pertumbuhan ekonomi yang impresif, Ameriza juga menyoroti keberhasilan Banten dalam mengendalikan inflasi.
Hingga Oktober 2025, inflasi Banten secara Year on Year (YoY) tercatat sebesar 2,75 persen. Angka ini berada di tengah-tengah rentang target Bank Indonesia (2,5% ± 1 persen, atau 1,5 persen hingga 3,5 persen).
“Alhamdulillah juga inflasi kita sampai dengan Oktober itu 2,75 persen Yoy. Angka 2,75 persen ini lebih rendah dari nasional, yang 2,86 persen,” jelas Ameriza.
“Keberhasilan Banten semakin menonjol karena tren pertumbuhan yang lebih tinggi diiringi dengan inflasi yang lebih kecil dibandingkan nasional. “Ini keren nih Banten nih,” pujinya.
Harga Emas Jadi Penyebab Dominan Inflasi, Pangan Terkendali
Menariknya, Ameriza mengungkapkan bahwa pendorong utama inflasi di Banten tahun ini bukan lagi kenaikan harga pangan seperti cabai, bawang, atau beras.
“Bahkan kalau menurut saya inflasi tahun ini bukan lagi disebabkan oleh kenaikan harga pangan. Lebih disebabkan ada harga emas,” katanya.
Ia menjelaskan kenaikan harga emas ini dipengaruhi oleh geopolitik global yang tidak stabil.
Secara komposisi inflasi nasional, ia menyebut bahwa saat ini komponen inflasi inti (yang mencakup emas) menjadi yang terbesar, bukan lagi komponen harga bergejolak (yang didominasi pangan). Hal ini menunjukkan keberhasilan upaya Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Banten dalam mengendalikan harga pangan.
“Bisa dikatakan dari aspek pengendalian inflasi sih, kita cukup berhasil,” tegasnya.
Inflasi Rendah Bukan Berarti Petani Rugi
Ameriza juga menekankan pentingnya bagi wartawan dan masyarakat untuk membedakan antara inflasi dengan level harga. “Inflasi itu beda dengan level harga. Tidak selamanya kalau inflasi rendah itu, wah petani sulit. Enggak. Dilihat dulu harganya berapa sih,” ungkapnya.
Ia menjelaskan, inflasi yang rendah di Banten saat ini bukan berarti harga pangan menjadi rendah, melainkan pergerakan harganya (kenaikan/penurunan) yang stabil.
“Harga-harga pangannya itu tidak terlalu besar [pergerakannya],” ujarnya.
Bahkan, ia menyebut bahwa harga pangan saat ini justru menguntungkan petani karena harganya mencukupi untuk menebus biaya produksi. “Harganya justru lagi menguntungkan petani. Karena nilai tukarnya kan naik,” tutup Ameriza.(ssk)







