Harmonyfm-Serang, Berdasar rilis Badan Pusat Statistik (BPS), inflasi Januari 2025 di Banten mengalami deflasi, minus sebesar 1,05 persen month to month dan 0,85 persen (year on year). Deflasi ini terutama disebabkan oleh diskon tarif listrik sebesar 50 persen yang berlaku pada bulan Januari dan Februari.
Deputi Direktur KPw Bank Indonesia Banten, Hario K Pamungkas, mengatakan fenomena deflasi di Januari ini tidak hanya terjadi di Banten saja, tapi terjadi secara nasional.
“Deflasi di Januari ini tidak hanya terjadi di Banten, tapi juga secara nasional. Mungkin yang ingin saya sampaikan adalah terkait tarif listrik ini dengan inflasi yang akan terjadi di bulan Maret nanti,” katanya, saat Taklimat Media “Perkembangan Ekonomi Terkini, Prospek, dan Isu Strategis, di salah satu cafe di Kota Serang, Jum’at (07/02/25).
Hario menjelaskan bahwa pada Maret nanti akan terjadi normalisasi tarif listrik, di mana diskon 50 persen akan dicabut, dan kembali full 100 persen. Selain itu, bulan Maret juga bertepatan dengan bulan Ramadan, yang biasanya menyebabkan peningkatan permintaan dan harga pada beberapa komoditas pangan, seperti bawang merah, telur ayam, daging ayam, serta tarif angkutan.
“Kita harus bisa antisipasi bahwa di bulan Maret akan ada tekanan inflasi dari komoditas-komoditas ini yang memang secara historis juga akan bisa meningkatkan inflasi selama bulan Ramadan,” jelas Hario.
Lebih lanjut, Hario mengatakan sudah ada warning dari BPS pusat bahwa diskon tarif listrik ini hanya berlaku di Januari dan Februari, akan ada normalisasi tarif listrik di Maret. Artinya di Maret nanti harus ada antisipasi untuk kendalikan inflasi.
“Selain mengendalikan inflasi dari bahan pangan yang bergejolak tadi, kita juga harus antisipasi adanya normalisasi tarif listrik tadi. Artinya di Maret nanti Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) di provinsi, kabupaten dan kota perlu ekstra effort karena yang harus harus dikendalikan tidak hanya dari komoditas pangan dan tarif angkutan, tetapi juga dari normalisasi tarif listrik juga,” ujarnya.
kata dia, BPS sudah memberikan peringatan (warning) kepada seluruh TPID di Indonesia bahwa di Maret nanti untuk lebih perhatikan pada normalisasi tarif listrik, khususnga tarif listrik prabayar. Karena normalisasi ini akan langsung di alami oleh listrik prabayar, sementara untuk pascabayar baru akan ada efeknya di bulan April.
“Artinya, TPID di seluruh Indonesia perlu ekstra effort untuk bisa mengendalikan inflasi di bulan Maret 2025,” pungkas Hario.
Hal senada diungkapkan oleh Kepala KPw Bank Indonesia Banten, Ameriza M Moesa. Dia juga menyampaikan kekhawatirannya terkait potensi lonjakan inflasi di bulan Maret.
“Meskipun sekarang ini deflasi 1,05, tapi siap-siap saja nanti melonjak, lonjakannya akan lebih hebat di Maret. karena Maret bertabrakan dengan adanya lebaran Ramadan yang permintaannya dari sisi peningkatan permintaan barang dan hiasan. Jadi mungkin dampaknya double,” katanya.
“Menghadapi potensi lonjakan inflasi di bulan Maret, Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) di tingkat provinsi, kabupaten, dan kota perlu mengambil langkah-langkah antisipasi,” tutup Ameriza. (ssk)