Harmonyfm-Serang, Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) Provinsi Banten terus gencar memperluas akses pasar bagi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) binaan, khususnya yang berasal dari lingkungan pesantren.
Strategi terbaru yang diterapkan adalah mempertemukan para pelaku UMKM ini dengan agregator, sebuah langkah yang dinilai efektif untuk memastikan produk memiliki kualitas standar dan volume produksi yang stabil.
Kepala KPw BI Banten, Ameriza M Moesa, menjelaskan bahwa peran agregator sangat krusial. “Tidak semua pondok pesantren siap langsung jual. Kita pertemukan dengan agregator dulu,” ujarnya, dikutip pada Senin (01/09/25).
Menurut Ameriza, agregator berfungsi sebagai penjamin mutu (quality control) dan penjaga volume produksi. Dengan adanya pihak ketiga ini, produk akan dikurasi terlebih dahulu sebelum disalurkan ke pembeli (buyer).
Pendekatan ini diambil karena UMKM pesantren sering kali menghadapi kendala dalam menjaga kualitas produk jika langsung berhadapan dengan pembeli.
“Kadang-kadang kalau pesantren langsung ke buyer itu quality control-nya enggak ada yang jaga. Biasanya sekali jual kapok gitu ya pembeli,” kata Ameriza.
Agregator memastikan produk memenuhi standar kualitas yang diperlukan agar pembeli tidak kecewa.
Saat ini, sudah ada empat pesantren yang terlibat dalam skema ini dan menargetkan penambahan lebih banyak lagi. Keempat pesantren tersebut adalah Pondok Pesantren Raudhatul Ihsan, Pondok Pesantren Raudhatul Ikhwan, Pondok Pesantren Ainurrohmah, dan Pondok Pesantren Al Iman.
Mereka telah menandatangani kerja sama business matching dengan Koperasi Pesantren Juara Indonesia yang berperan sebagai agregator.
Selain melalui agregator, BI Banten juga memfasilitasi pertemuan antara produk syariah dengan pelaku usaha lain. Contohnya, kolaborasi yang telah dilakukan dengan Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) tahun lalu.
Ameriza mencontohkan, “penyediaan produk anyaman, seperti tempat sabun atau tempat handuk, untuk ditempatkan di kamar-kamar hotel,” jelasnya.
Kolaborasi ini diharapkan dapat menciptakan jaringan usaha pesantren yang mandiri, terintegrasi, dan berkelanjutan.
Lebih dari itu, langkah strategis ini juga berkontribusi nyata dalam mewujudkan kemandirian dan ketahanan pangan di tengah masyarakat.
Sebagai informasi, penandatangan Business matching ini disaksikan langsung oleh Kepala KPw BI Banten dan Ketua Umum Pengurus Besar Mathla’ul Anwar, KH. Embay Mulia Syarief. (Ssk)