Harmony FM – Serang, Meski melambat, pertumbuhan ekonomi di Banten tertinggi kedua. Perekonomian Banten pada triwulan I 2020 tumbuh sebesar 3,09% (yoy), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 2,97% (yoy). Namun, mengalami penurunan dibandingkan pertumbuhan triwulan IV 2019 yang mencapai 5,90% (yoy).
Menurut Kepala Kantor Perwakilan BI Banten, Erwin Soeriadimadja, menurunnya pertumbuhan ekonomi Provinsi Banten dari sisi permintaan terutama didorong oleh menurunnya konsumsi dan kinerja net ekspor sebagai dampak pandemi COVID-19.
Dari sisi penawaran, penurunan disebabkan menurunnya kinerja industri utama yang terdampak pandemi, seperti Industri Pengolahan, Konstruksi, Perdagangan, Transportasi & Pergudangan, dan Real estate.
“Di sektor industri, tercatat mengalami perlambatan di triwulan I 2020. Hanya tumbuh 0,37%. Lockdown yang diterapkan pada beberapa negara mitra dagang menurunkan permintaan yang pada akhirnya menahan produksi hampir seluruh subsektor industri, sektor perdagangan juga mengalami perlambatan pada triwulan I 2020 hanya 4,74%. Perlambatan yang terjadi tercermin dari penurunan penjualan kendaraan pada periode yang sama (SPE). Lebih jauh penjualan barang elektronik dan non-makanan lainnya yang mengalami penurunan,” terang Erwin saat menyampaikan secara Live Streaming Laporan perekonomian Provinsi (LPP) Banten periode Mei 2020, Selasa (23/06/20).
Erwin juga menambahkan, dari Sektor kontruksi tercatat juga melambat meski masih tumbuh cukup tinggi, hanya 5,87%. Perlambatan yang terjadi tertahan penyelesaian beberapa proyek multi-years di sektor swasta, di sisi lain perlambatan kinerja investasi menjadi faktor utama penyebab perlambatan yang terjadi di sektor kontruksi.
Konsumsi Rumah Tangga (RT) juga tercatat melambat, hanya tumbuh 4,19%. Melambatnya pertumbuhan konsumsi RT disebabkan oleh penurunan level konsumsi masyarakat akibat penurunan ekspektasi pendapatan.
“Investasi juga melambat, hanya tumbuh 3,63%. Berdasarkan data BKPM terdapat penurunan realisasi investasi untuk PMA dan PMDN di Banten. Ekspor juga mengalami perlambatan, hanya 1,10%. Kebijakan lockdown yang dilakukan oleh beberapa negara mitra dagang utama menyebabkan penurunan permintaan pasar ekspor produk utama Banten, yaitu alas kaki, PTP, Baja, dan kimia. Intinya di triwulan I 2020 rata rata semua tercatat melambat,” tambah Erwin.
Sementara pada triwulan II 2020, pertumbuhan ekonomi diprakirakan masih melambat, bahkan terkoreksi lebih dalam dibandingkan triwulan sebelumnya. Laju Pertumbuhan Ekonomi diprakirakan sebesar -1,2%-0,8% (yoy). Koreksi pertumbuhan ekonomi merupakan lanjutan dari perlambatan yang lebih dalam di berbagai sektor unggulan, seperti sektor Industri Pengolahan, sektor Perdangangan, dan sektor Konstruksi.
Dari hasil liason, hampir seluruh pelaku usaha di sektor industri kurang optimis mengenai kondisi pada triwulan II 2020. Hanya industri makanan dan minuman, kimia, dan farmasi yang masih optimis.
Untuk perdagangan di triwulan II 2020, dengan adanya PSBB di wilayah Tangerang Raya, menahan level konsumsi masyarakat dan pada akhirnya menurunkan aktifitas di sektor perdagangan. Penundaan beberapa proyek investasi swasta dan infrastruktur pemerintah diperkirakan akan menahan laju pertumbuhan sektor kontruksi.
“Penurunan ekspektasi konsumsi masyarakat seiring dengan melemahnya aktivitas ekonomi kedepane, lebih lanjut kebijakan PSBB pada wilayah Tangerang Raya juga diperkirakan turut menahan konsumsi RT. Sikap wait-and-see yang dilakukan oleh pelaku usaha terkait kegiatan investasi dan refocusing anggaran investasi pemerintah daerah juga diperkirakan akan menahan laju pertumbuhan sisi investasi. Sedangkan untuk ekspor masih tertahan oleh masih adanya Sejumlah negara yang memberlakukan lockdown akibat adanya Pandemi Covid-19,” tandas Erwin.
Untuk keseluruhan tahun 2020, perekonomian Provinsi Banten diperkirakan akan lebih rendah dibandingkan tahun 2019, disebabkan oleh adanya pandemi COVID-19 yang menahan pertumbuhan konsumsi rumah tangga, investasi, baik swasta maupun pemerintah, dan kinerja ekspor baik antar daerah maupun luar negeri.
Perlambatan pertumbuhan ekonomi Provinsi Banten tersebut akan berdampak pada penurunan tekanan inflasi pada tahun 2020. Inflasi provinsi Banten 2020 diperkirakan masih akan sejalan dengan target pemerintah yaitu di kisaran 3,0±1% (yoy).
Namun demikian, terdapat beberapa risiko dan tantangan yang berpotensi meningkatkan tekanan inflasi sehingga harus menjadi perhatian bagi pemerintah pusat dan daerah, antara lain, risiko pandemi global virus COVID-19 yang berkepanjangan, perekonomian negara dan kawasan tujuan utama ekspor berpotensi terkoreksi pada tahun 2020, potensi ketidakpastian pasca negosiasi perang dagang antara Amerika Serikat dan Tiongkok tahap I yang dapat berdampak pada kinerja industri manufaktur kedua negara, dan selanjutnya mempengaruhi permintaan ekspor produk Indonesia ke kedua negara tersebut.
Ke depannya, Bank Indonesia akan terus memperkuat koordinasi ini dengan Pemerintah dan OJK untuk memonitor secara cermat dinamika penyebaran COVID-19 dan dampaknya terhadap perekonomian Indonesia dari waktu ke waktu, serta langkah-langkah koordinasi kebijakan lanjutan yang perlu ditempuh untuk menjaga stabilitas makro-ekonomi dan sistem keuangan, serta menopang pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap baik dan berdaya tahan. (Siska)