Harmonyfm-Tangerang, Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) Banten, Ameriza M. Moesa, menyatakan bahwa kegiatan Banten Investment Forum (BIF) 2025 di hari kedua lebih difokuskan pada sesi diskusi untuk memperdalam potensi investasi yang telah dibahas di hari pertama. Acara ini mengusung dua tema besar, yaitu Green Industry dan Tourism and Hospitality Industry.
Ameriza mengatajan hari kedua BIF 2025 dibagi menjadi dua sesi utama. Sesi pertama membahas Green Industry dan Tourism, sementara sesi kedua fokus pada Hospitality Industry.
“Konsep penyelenggaraan acara pada hari ini memang lebih menekankan pada diskusi untuk merumuskan rekomendasi kebijakan yang dapat disampaikan kepada pemerintah daerah,” ujarmya.
Untuk sektor pariwisata dan MICE (Meeting, Incentive, Convention, and Exhibition), BI Banten mengundang berbagai narasumber terkait, termasuk stakeholder infrastruktur pendukung seperti pengelola jalan tol, MRT, dan bahkan LRT Jakarta yang direncanakan akan tersambung hingga Serpong.
Selain itu, perwakilan dari Kementerian Pariwisata dan Kementerian Perekonomian juga diundang untuk membahas arah pengembangan pariwisata Banten ke depan.
“Mudah-mudahan dengan sesi 1 ini nanti kita bisa menghasilkan suatu rumusan ya yang bisa disampaikan rekomendasi kepada pemerintah daerah untuk dijadikan dasar pengambilan kebijakan,” jelas Ameriza.
Sementara itu, untuk sesi siang yang berfokus pada ekonomi hijau atau green economy, BI Banten ngin mendorong agar pengembangan industri manufaktur di Banten berprinsip ramah lingkungan, belajar dari kasus-kasus sebelumnya.
Fokusnya diarahkan pada pengembangan kawasan ekonomi yang bersifat ekonomi hijau, seperti agroindustri, farm industry, peternakan, perkebunan, atau pengolahan bahan makanan.
“Saya meyakini pengembangan agroindustri ini bersifat lebih inklusif dan mampu menyerap tenaga kerja lokal, berbeda dengan industri hilir yang cenderung menarik tenaga kerja dari luar. Strategi ini diharapkan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi sekaligus memperkecil ketimpangan dan menciptakan lapangan kerja,” terang Ameriza.
Menurut Ameriza, ada beberapa proyek yang menjadi incaran rekomendasi kepada Pemerintah Provinsi (Pemprov) Banten antara lain kawasan industri hijau di Cileles, Lebak. Lokasi ini dianggap strategis karena adanya akses pintu tol Cileles dari Jalan Tol Serang-Panimbang.
Pengembangan Geopark. Diharapkan ada investor yang tertarik membangun kawasan terintegrasi seperti resort yang dilengkapi hotel, lapangan golf, dan convention center.
“Jadi satu kawasan yang terintegrasi, di situ ada hotel, mungkin ada lapangan golf, mungkin ada convention atau seperti apa gitu. Itu juga menjadi inceran juga yang bisa direkomendasikan,” teramgnya.
Lebih lanjut dia mengatakan, Tangerang Raya sebagai ‘Dubai Kedua’ dan ‘Singapura Kedua’: Area Tangerang Raya dinilai sudah siap dan berpotensi untuk dikembangkan menjadi financial district serta kawasan ekonomi khusus untuk hospital, education, information technology, dan ekonomi kreatif.
“Kita ingin jadikan daerah Tangerang Raya ini sebagai Dubai kedua gitu. Kita ingin kayak di Dubai mereka pun bisa ya yang dari apa Padang Pasir kita kok enggak bisa gitu,” katanya.
“Nah, di sana kan sudah mulai ada financial district ya. Sudah ada yang kawasan ekonomi khusus untuk hospital, education, information technology dan ekonomi kreatif. Nah, itu juga saya rasa berpotensi kita jadikan Singapura kedua seperti itu. Jadi ada Dubai kedua, ada Singapura kedua seperti itu. Mudah-mudahan bisa terwujud ya,” tambah Ameriza.
Dia juga mengatakan, BI Banten mengadopsi strategi investasi yang targeted untuk mengoptimalkan potensi daerah dan menyesuaikan dengan kondisi tenaga kerja lokal.
Banten Selatan (Pandeglang dan Lebak): Fokus pada Agro Industry dan Tourism, karena dianggap lebih cocok dengan kondisi tenaga kerja lokal dan dapat menyerap tenaga kerja dari daerah tersebut.
Tangerang Raya: Fokus pada MICE dan Hospitality Industry, mengingat tingkat pendidikan dan ketersediaan SDM yang lebih tinggi di wilayah ini.
“Saya optimis dengan strategi ini kita bisa masuk investasi yang lebih targeted gitu. Mudah-mudahan dengan targeted ini pengusaha itu lebih banyak gitu. Karena kan lihat peluangnya lebih bagus gitu ya. Daripada selama ini kita masih masuknya di industri manufaktur yang berat gitu. Ternyata kita bisa masuk ke mice, bisa masuk ke hospitality industry, bahkan kita bisa masuk ke tourism seperti itu,” jelasnya.
Ia menambahkan bahwa Banten perlu mengubah orientasi dari sekadar mengejar pertumbuhan menjadi pertumbuhan yang inklusif, yaitu dengan memilih sektor pariwisata, agroindustri, dan industri berbasis alam lainnya seperti perikanan dan perkebunan, supaya lebih cocok dengan kondisi tenaga kerja di sana. Sementara Mice hospitality mainnya di Tangerang Raya gitu. Yang di sana juga tingkat pendidikannya lebih tinggi gitu.
“Jadi kita punya dua alat gitu. Untuk yang selatan kita pakai Agro Industry sama Tourism tapi yang Tangerang Raya kita pakai yang Mice dan hospitality. Jadi dua-duanya bisa nyerap gitu. Bisa tumbuh juga ya. Karena kalau kita menyelenggarakan Mice di Selatan siapa yang bisa bekerja nanti kan tenaga kerjanya kurang,” tambahnya.
Makanya BI Banten ingin jadikan Banten Selatan itu menjadi pusat agribusi. Ameriza mencontohkan di Australia yang hanya jual daging aja bisa hidup. Padahal di Banten ini memiliko sapi yang banyak juga, mungkin peternakan, ayam petelur, perkebunan dimana Bantenmemiliki kopi dan kakao, kalau dibudidayakan itu luar biasa, dan ada jugarumout laut di pesisir pantai.
“Selama ini mungkin kenapa di Banten itu pertumbuhan tinggi kenapa penganggurannya tinggi ya? Ya karena kecocokan jenis industri dengan SDM-nya kurang,” ujar Ameriza.
“Coba kita mainnya di agroindustri dulu, pertanian dulu, perkebunan dulu. Saya rasa mereka akan lebih banyak penyerap tenaga kerja dari lokal,” imbuhnya.
Kata Ameriza, Banten kelemahannya kurang bisa me-packaging ya. “Nah, Mudah-mudahan dengan adanya bisnis inbestment forum ini, kita lebih bisa mengemas untuk mendorong semakin cepat pariwisata yang bisa terealisir di Banten,” tutupnya. (Ssk)
